Kamis, 21 Mei 2009

gunung krakatau

Bandung, Kompas - Gunung Anak Krakatau dinaikkan statusnya dari waspada ke siaga mulai Rabu (6/5) pukul 16.00. Penyebabnya, aktivitas vulkanik Anak Krakatau meningkat. Saat ini ada lima gunung api berstatus siaga, yaitu Anak Krakatau, Ibu, Karangetang, Slamet, dan Semeru.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono, Rabu di Bandung, peningkatan aktivitas itu antara lain jumlah gempa letusan, gempa embusan, gempa vulkanik dangkal, ketinggian asap, dan bunyi dentuman.
Hingga Selasa, aktivitas Anak Krakatau meningkat dengan 371 gempa letusan, 230 gempa embusan, serta 58 gempa vulkanik dangkal. Peningkatan aktivitas diperkuat dengan lontaran material padat gunung api setinggi 500-1.000 meter dan 83 kali dentuman yang terdengar hingga Pos Pasauran yang berjarak 42 kilometer dari kawah. Aktivitas ini memperbesar lubang kawah sehingga lontaran material padat merata ke badan gunung.
Surono merekomendasikan agar masyarakat menghentikan aktivitas di Anak Krakatau dalam radius 2 km. Itu dilakukan agar warga tak menjadi korban lontaran material padat atau asap Anak Krakatau. Di luar radius itu, aktivitas mencari ikan maupun wisata bisa dilakukan. ”Yang jelas, tak ada potensi tsunami,” katanya.
Gunung lain dengan status siaga, Slamet, belum menurun aktivitasnya. Surono mengatakan, pola kegiatan Gunung Slamet masih fluktuatif. Tinggi asap letusan masih 400-800 meter dari bibir kawah. Warna asap masih putih tebal kehitaman. Lontaran material pijar dan semburan lava pijar juga masih berlangsung meski jatuh ke dalam dan di sekitar kawah.
Demikian juga Gunung Rinjani. Letusan abu masih berlangsung. Berdasarkan analisis data visual dan kegempaan pada 2-5 Mei, status kegiatan vulkanik Rinjani masih tetap waspada.
Wisatawan protes
Wisatawan asing memprotes penutupan jalur pendakian ke Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang dilakukan sejak Senin. Alasannya, mereka sudah jauh-jauh hari mendaftar lewat internet. Karena tidak diizinkan mendaki, mereka minta uang mereka dikembalikan.
”Kami coba memberi pengertian, apa yang terjadi bukan keinginan kami, melainkan karena peristiwa alam dan demi keselamatan jiwa pendaki,” ujar Mayanto, petugas Rinjani Trek Center (RTC), di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Barat, yang dihubungi dari Mataram, Rabu. RTC adalah lembaga penyedia alat pendakian, porter, dan tenda yang berpusat di Desa Senaru.(CHE/RUL)
Sumber: Kompas


0 komentar:

 
yogi blog © 2008